Jati-Danger

Sudah lama sekali sebenarnya saya ingin menulis tentang ini. Mungkin bisa dibilang sudah basi. Ini soal keprihatinan melihat lingkungan yang sudah tidak lagi aman. Sudah tidak lagi nyaman untuk ditinggali. Mungkin terkesan melebih-lebihkan, tapi setidaknya ini yang saya rasakan beberapa minggu kemarin. Jatinangor, sebuah kawasan pendidikan tinggi yang setiap tahunnya selalu ramai dengan mahasiswa baru, dibarengi dengan pertumbuhan investasi yang juga tinggi. Saat ini mulai banyak lagi kos-kosan, kontrakan, perumahan dan apartemen baru yang dibangun dikawasan yang sudah cukup padat ini. Siapa yang tidak tergiur berinvestasi disini, yang setiap tahunnya ada ribuan mahasiswa baru yang butuh tempat tinggal. Lahan kosong mulai habis, sawah-sawah berubah menjadi gedung tinggi, tikus-tikus banyak berkeliaran dirumah-rumah dan dijalanan karena kehilangan tempat tinggal. Tapi kali ini saya tidak membahas lebih jauh soal kesenjangan (yang sebenarnya sangat kental sekali) di Jatinangor, tapi soal maraknya kejahatan yang akhir-akhir ini cukup meresahkan. 

Semua itu berawal disuatu pagi saat baru saja terbangun dari nyenyaknya tidur, saya melihat keanehan didepan teras rumah kontrakan. Ada sesuatu yang ganjal, didalam dan diteras rumah –tempat motor teman saya biasa diparkir –tidak terlihat motor sama sekali. Awalnya berpikir positif, mungkin saja motornya lagi dipinjamkan ke orang lain, tapi setelah dikonfirmasi, ternyata tidak! Ya, FIX MOTOR TEMAN SAYA HILANG. Saya hanya bisa mangap dan menatap ke teman saya yang berpura-pura tenang. Saya masih belum percaya, bagaimana bisa motor yang digembok –bahkan sampai 2 gembok!  –dan diparkir ditempat yang relatif sulit untuk keluar bisa hilang dan tanpa jejak -_- Maling yang hebat dan berpengalaman, pikir saya. Pagi itu juga berita soal kehilangan ini terus menyebar, dan ternyata semalam ada dua motor lain yang juga hilang dikosannya. Gila! Serempak dan kompak gitu malingnya.

Walaupun sudah dilapor ke pihak yang berwajib, sampai sekarang motor itu belum juga ditemukan. Saya pernah diberitahu seorang teman kalau caringin –daerah kosan saya –adalah kawasan yang memang rawan akan kejahatan. Sudah beberapa kali kasus kejahatan seperti maling, copet, jambret (entah copet sama jambret bedanya apa -_-), pelecehan dan modus-modus lain dimana wanita sering menjadi sasarannya terjadi disini. Hanya baru sekarang saya betul-betul percaya, setelah teman saya sendiri yang mengalami ini.

Tidak lama berselang, sekitar seminggu dari kejadian hilangnya motor dikontrakan, giliran motor teman sekelas yang ikut hilang dikosannya. Sama digembok juga. Malingnya seolah mengkomunikasikan ke kita kalau GEMBOK SUDAH TIDAK ADA GUNANYA! Haha dihitung-hitung dalam 2 minggu ada 5-6 motor hilang di Jatinangor. Sejak rentetan kejadian ini, tidak ada lagi yang berani parkir motor diluar, bahkan didalam rumah pun motornya digembok juga. Saya merasakan sendiri bagaimana ribetnya masukin motor kedalam rumah, apalagi rumah kontrakan yang sempit. Hehe

Saya jadi teringat di semester 2, saat teman-teman sekelas saya gempar karena kasus hipnotis. Teman perempuan saya yang polos dan lugu menjadi korbannya, ia dihipnotis didepan gerbang kampus,  dan akhirnya ada tiga buah laptop yang dibawa kabur sama tukang hipnotisnya.  Di depan kampus ITB Jatinangor (yang dulu masih sangat gelap) banyak kasus kejahatan juga yang menyerang mahasiswa. Mulai dari pemukulan mahasiswa Ikopin oleh orang tidak dikenal sampai kasus anak geologi Unpad yang dibacok, gara-gara melawan saat hpnya –yang ia mainkan ketika naik motor –akan diambil paksa sama pencuri. Dan terakhir kasus pemerkosaan mahasiswi Unpad asal malaysia yang kemudian dibuang di Cikole, Bandung Utara (Belakangan diketahui bahwa sebenarnya mahasiswi ini cuma mengada-ngada).

Sebegitu seramnya kah Jatinangor? Apakah nama jatinangor diganti saja jadi JatiDanger? Haha. Saya tidak ingin menakut-nakuti. Sebenarnya aman-aman saja kok. Hanya harus tetap berhati-hati, apalagi diwaktu malam. Saya cuma menyayangkan kalau gerak mahasiswa jadi terhambat gara-gara peraturan dari pihak kampus misalnya, yang membatasi aktifitas mahasiswa di malam hari. Yang perlu dibatasi seharusnya adalah penjahat-penjahat nya bukan mahasiswanya.

Mungkin benar kata pidibaiq, penulis sekaligus musisi, dalam salah satu lirik lagunya:
Sudah jangan ke Jatinangor,, dia sudah ada yang punya , lebih baik diam disini....

Komentar

Postingan Populer