Berubah Haluan

Saya ingat dulu saat jaman kuliah pernah membaca salah satu buku karya Prof Rhenald Kasali yang judulnya “Change: Tak Peduli Berapa Jauh Jalan Salah Yang Anda Jalani, Putar Arah Sekarang Juga”. Ini salah satu buku manajemen yang bagus dan recommended untuk dibaca baik untuk mahasiswa ataupun professional yang ingin mendalami manajemen perubahan. Anyway, kali ini sebenarnya saya tidak ingin membahas konsep change management yang ada di buku ini, karena akan sangat panjang nantinya #alesan. Sesuai judulnya, berubah haluan disini adalah sebuah tagline yang saya rasa tepat untuk mendeskripsikan a major change that I’ve just made about my goal in life, especially in terms of travel for at least untuk beberapa tahun kedepan.

Jadi sebenarnya, di bulan ini yang bertepatan dengan bulan Dzulhijjah, atau yang dikenal dengan bulan Haji,  secara tidak sengaja (qadarullah) saya duduk di kajian Ustadz Nuzul Dzikri (lagi), di minggu sore yang mana sebenarnya saya kabur dari technical meeting sebuah komunitas sosial yang akan melaksanakan kegiatan sosialnya di bulan Agustus ini (will share about this also soon). Alhamdulillah, kabur kali ini membawa faedah yang impactnya sampai mengubah haluan seperti ini.

Waktu itu temanya adalah “Tamu Allah” dimana pembahasannya tentang keutamaan ibadah haji dan juga adab dan hikmah dari setiap proses haji selama di Mekkah. Ternyata, this topic blow my mind and change my perspective about this religious travel. Bahwa sebenarnya mereka yang datang untuk ibadah Haji di Mekkah saat ini (atau bulan bulan haji sebelum2nya) adalah mereka yang memenuhi undangan Allah dan juga sejatinya sedang menjadi tamu Allah. Beberapa keutamaan yang disampaikan mustajabnya berdoa di Arafah yang juga sensasinya tidak akan pernah kita rasakan seumur hidup, bagaimana ibadah Haji adalah solusi dari kemiskinan karena semua (biaya)nya akan diganti oleh Allah.  Bahkan banyak sekali para salafussalih yang berhaji berkali-kali bahkan sampai 40 kali saking termotivasinya dengan keutamaan Haji dan 'kecanduan' menjadi tamu Allah. 

Juga dibahas bahwa 'kepengen' saja tidak cukup. Kita perlu membuktikan kepada Allah bahwa kita sunguh-sungguh ingin kesana dengan menunjukkan ikhtiar terbaik kita, selain berdoa tentunya. Misalnya dengan mulai membuat tabungan khusus Haji dan menyisihkan pendapatan kita secara rutin, karena banyak contoh kasus teman-teman Ustadz yang Allah berangkatkan meskipun secara finansial sebenarnya secara logika tidak akan bisa. Karena konsep 'undangan' ini hanya Allah lah yang mengaturnya. Semoga kita juga diizinkan dan pantas menjadi tamu Allah ya. Aamiin.

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS al-Hajj [22]: 27)

#BerubahHaluan

Ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita dapatkan dari sebuah kajian, dan tentunya dengan kerendahan hati (dan kerendahan diri), ada banyak sekali hikmah yang bisa diambil dan bisa kita amalkan atau implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. I personally merasa bersyukur saat ini tinggal di Kota dimana kajian ilmu itu bertebaran dimana-mana. Sebuah hal yang wajib untuk disyukuri. Karena belum tentu semua orang punya privilege yang sama dekat dengan majelis ilmu dan bisa mengupdate pemahaman agamanya. Seperti dalam sebuah hadist Bukhari, “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama”. Pertanyaan untuk diri kita, sejauh mana ilmu kita? Sudahkah Allah inginkan kebaikan pada diri kita? Apakah Allah sudah mengizinkan kita untuk memahami agama Nya dengan benar? 

#SelfReminder 
#BerubahHaluan
#LiveLife


Komentar

Postingan Populer