Kembalikan Jatinangor

Kalau di track beberapa tahun kebelakang, tulisan di blog ini kebanyakan tentang Jatinangor, sebuah kecamatan di Sumedang yang kini telah menjadi rumah kedua saya dan mungkin juga untuk mereka yang pernah menempuh studi disana. Ada banyak cerita disini, dan membicarakannya tidak akan ada habis-habisnya. Teringat kembali saat pertama kali tiba disini, berjalan di trotoar Unpad, membelah udara dingin nangor, perasaan asing, bingung, excited, menjadi satu. Saat itu semangat berpetualang saya sedang tinggi-tingginya. Tidak sabar untuk pengalaman baru, teman baru, dan mimpi-mimpi baru. Walaupun sempat beberapa kali bertanya ke diri sendiri, apakah keputusan untuk kuliah disini sudah tepat, apalagi waktu itu saya sudah mengamankan satu kursi di kampus negeri di kampung halaman. But again, I never regret with my decision until now. For me, kuliah disini is a life-changing experience. Perspektif saya tentang hidup jadi lebih terbuka.

Kembali soal Jatinangor, ada perasaan berbeda saat kembali mengunjunginya beberapa hari kemarin. Paling tidak sejak lulus di bulan Juni lalu, setiap saya kembali kesini untuk mengurusi berkas di kampus, perasaan asing itu ada lagi, mungkin sama asing nya saat pertama kali tiba disini. Walaupun warung lamongan pak le, angkringan caringin, wiscar, BKI, checo dan kedai indra masih tetap ramai, tapi tetap saja ada yang kurang. Ada yang hilang, entah lah itu apa. Mungkin karena nangor tidak lagi diisi teman-teman seperjuangan yang dulu selalu bersama. Cerita nongkrong sampai larut malam, rapat organisasi yang tiada ujungnya dan cerita romantisme disini sudah tidak ada lagi. Ingin rasanya mengembalikan nangor yang dulu selalu menjadi tempat berkeluh kesah saat lagi kangen rumah, saat galau dengan tugas kampus yang tak ada habis-habisnya, saat kesepian pas lebaran idul adha, atau saat sedih kaena kiriman orang tua yang tak kunjung datang :’)
Jatinangor bukan soal tempat, melainkan perasaan yang ada didalamnya. Sampai kapanpun nangor akan menjadi tempat ‘pulang’ dengan versi yang berbeda. Setiap orang yang pernah tinggal disini, tentu punya cerita perjuangan nya masing-masing. Tempat dimana kami bertemu dan membentuk ‘keluarga baru ‘. Tempat kami menyimpan dan menciptakan mimpi-mimpi masa depan. Kini, semua menjalani kehidupannya masing-masing, dengan pilihan yang diambil. Semoga saja pilihan kita ini yang terbaik ya teman-teman. Jadi orang dewasa itu ternyata tidak enak ya, harus siap dengan konsekuensi dari pilihan kita, harus terbiasa dengan sesuatu hal atau orang yang datang dan pergi dari kehidupan kita. Harus terbiasa dengan kegagalan, kekalahan yang kadang membuat kita ingin menyerah. But remember, everyone has their own struggle. Stay strong and help yourself.

------
Ceritanya kemarin sempat balik kenangor karena di culik tiba-tiba, terus besoknya pas balik ke Jakarta, ada insiden kecil dengan preman di jakbar yang bikin saya sadar bahwa harus selalu berhati-hati, bahwa masih banyak orang jahat diluar sana. Haha untungnya masih bisa selamat dan sehat wal afiat. Ingat, Jakarta itu keras bung! Lu bakal susah kalau lu lemah. Just a self-reminder.

Komentar

Postingan Populer