Bandung-Bali in 6 Days


Sebuah ajakan dari teman untuk ‘kabur’ ke Bali di penghujung tahun 2015 kemarin langsung saya setujui tanpa pikir panjang lagi. Apalagi dengan jalur darat, yang berarti saya akan melewati pulau jawa yang panjang dan melihat hal-hal baru sepanjang perjalanan. Walaupun ternyata perjalanannya tidak semudah yang saya bayangkan, dimana harus duduk berhari-hari didalam mobil. Kali ini saya ingin sedikit berbagi cerita perjalanan dari Bandung menuju Bali yang memakan waktu kurang lebih 7 hari (termasuk di perjalanan). Karena memang cuma diajak, saya cuma bisa idem saja soal transportasi, yang ternyata teman saya sudah menyewa sebuah mobil travel mini bus dengan kapasitas 12 orang. Dengan mini bus inilah kami mengelilingi Jawa dan Bali selama 6 hari.

Senin malam, tanggal 28 Januari 2015, saya sudah bersiap-siap dengan satu tas ransel, yang kelihatannya paling sedikit dibanding bawaan teman-teman lain. Rombongan kami berjumlah 13 orang termasuk supir, diantaranya ada juga orang tua yang kelihatannya sudah cukup tua untuk melakukan perjalanan sejauh ini, haha. Malam itu sekitar pukul 10 dimulai dari Jatinangor, perjalanan dimulai. Jalur yang dipilih adalah jalur selatan, yaitu melewati Tasikmalaya, Ciamis, Cilacap dan daerah Jawa Tengah bagian selatan lainnya.  Malam itu saya tidak begitu memperhatikan jalan, baru sampai di daerah banjar, mata ini tidak bisa menahan kantuk dan akhirnya tertidur.

29 Desember 2015, Kutoarjo-Banyuwangi

Saya terbangun sekitar pukul 05.30, lebih tepatnya dibangunkan. Mobil berhenti didepan sebuah masjid yang sedang ramai oleh orang-orang yang akan melaksanakan subuh. Saya mencoba mencari-cari papan nama yang  bisa menginformasikan dimana saya sekarang, dan itu terjawab dari plang masjid ini: kutoarjo. Ya, subuh itu kami sampai di kutoarjo dan beristirahat sebentar. Selesai shalat subuh, disekitar masjid ini ada sawah yang ujungnya jauh sekali. Langit yang mulai bersiap-siap untuk terang kembali, dengan warna khas fajar yang mempesona. Sawah dan langit yang indah menjelang pagi ini, sudah cukup membuat mood baik untuk melanjutkan perjalanan.


Hari ini saya pertama kali melihat daerah-daerah di Jawa tengah dan Jawa Timur yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Nama-nama desa yang kebanyakan berakhiran ‘o’ dan mobilitas warganya yang kebanyakan menggunakan sepeda, terutama ketika melewati daerah Surakarta. Kami beristirahat didaerah Mantingan (saya lupa ini sudah masuk jawa timur atau masih jawa tengah) untuk makan dan shalat. Sore harinya kami beristirahat di sebuah SPBU daerah Sitobundo, dan tengah malam sampai di Banyuwangi. Sudah lebih 24 jam di perjalanan dan masih belum sampai! Saya ingat di daerah menuju pelabuhan ketapang, ada bangunan2 besar yang mengeluarkan asap dan bercahaya yang menarik perhatian saya, dan ternyata bangunan yang saya kira pabrik garmen itu adalah PLTU paiton yang megah sekali. 


Bali, 30 Desember 2015

Sekitar jam 2 pagi mobil kami tiba di Pelabuhan ketapang, tanpa antri yang lama, mobil masuk kedalam badan sebuah kapal ferry yang akan mengantarkan kami menyeberang ke pulau dewata Bali. Akhirnya bisa liat laut lagi, haha. Dari atas kapal ferry ini terlihat cahaya lampu dari bangunan2 di pulau sebelah. Kurang lebih 2 jam diatas laut, kapal mendarat di Pulau Bali. "Selamat Datang di Denpasar!" salah satu plang yang pertama kali saya baca saat turun di terminal Gilimanuk Bali. Ternyata Bali di  waktu subuh sepi sekali. Kesan 'wah' ketika pertama kali melihat bangunan-bangunan Bali yang khas dengan patung-patung dewa yang selalu dengan mudah ditemukan di semua sudut Pulau ini. Juga menu 'babi guling' yang sangat-sangat banyak dijual di pinggir jalan.  Disini harus pintar-pintar cara warung dengan menu masakan yang halal.

Tujuan pertama kami di bali hari itu adalah Tanah Lot. Sebuah tempat yang banyak pura dan dikelilingi pantai yang Indah. Disini berkumpul banyak sekali manusia dari seluruh belahan bumi. Dari makassar sampai aljazair. Setiap saat selalu terdengar suara pengelola tanah lot mengumumkan bahwa waktu berkunjung sudah selesai dari rombongan ini itu. Hati-hati kalau berjalan disekitar sini banyak sesajen yang disimpan dijalan dan akan sangat mudah menemukan sesajen ini dimana-mana.
Salah satu sudut Tanah Lot
Hati-hati jangan sampai menendang sesajen


Selesai dari tanah lot, kami melanjutkan perjalanan menuju daerah Kuta, tempat menginap kami. Sepanjang perjalanan mata ini selalu menyaksikan patung-patung dewa yang berdiri. Saat tiba di kawasan pantai kuta, panas matahari begitu menyengat, panas yang mengingatkan saya degnan kampung halaman :)) disini kami hanya berfoto-foto sebentar dan langsung mencari penginapan. Setelah satu jam berkeliling akhirnya kami sampai juga di sebuah penginapan didaerah warung tempe. Senang sekali rasanya bertemu kasur juga.

31 Desember 2015 (New Year Eve)

Hari kedua disini tidak kami sia-siakan dengan tiduran di kamar. Rencananya hari ini kami akan ‘ngojay’ ke pantai Pandawa, yang namanya agak asing di telinga saya. Menuju pantai ini, kami harus melewati tol laut yang cukup panjang  dan satu-satunya Tol diatas air yang ada di Indonesia, tol ngurah-rai. Pemandangan dari jalan tol yang tidak biasa, burung-burung laut dan hamparan hutan Mangrove  yang begitu indah.  Sebelum ke Pandawa, kami sempat berhenti di salah satu tempat yang unik di daerah Nusa Dua. Sebuah tempat yang mencerminkan diversityyang kental sekali. Kawasan Puja Mandala namanya. Di kawasan ini berdiri 5 tempat ibadah, yaitu Masjid, Gereja (untuk umat katolik juga kristen), Vihara, juga Pura. Luar biasa ternyata keharmonisan seperti ini bukanlah sebuah mimpi dan bisa diwujudkan. Bahwa perbedaan haruslah bisa diterima dan bukan menjadi penghalang untuk hidup yang harmonis. (Bijak detected)  

Melanjutkan perjalanan, setelah kurang lebih 1 jam dari Kawasan Puja Mandala dan melewati jalananan yang menanjak, kami tiba di pantai Pandawa. Letak pantai ini berada di bawah tebing yang cukup tinggi, diantara tebing ini seperti biasa kita bisa menemukan patung dewa lagi. Kalau mau liat pantai dengan pasir yang benar-benar putih, sepertinya Pandawa adalah salah satu tempatnya.
Tol Ngurah Rai

Pandawa Beach
Malam nya sudah saya agendakan untuk melihat pantai kuta di malam penghujung tahun. Dari penginapan kami menggunakan jasa GrabTaxi karena di Bali tidak ada angkot sama sekali. Karena jarak dari penginapan kami menuju kuta lumayan jauh, taksi kemudian menjadi pilihan. Setelah bernegosiasi masalah tip dengan supirnya, akhirnya kami tiba di Pantai Kuta malam itu. Bagaikan lautan manusia, kawasan ini ramai sekali dengan orang-orang yang ingin menyaksikan malam pergantian tahun baru. Karena salah satu pusat perayaan tahun baru di Bali ada disini. Beberapa kali saya harus mengucap istigfar dalam hati ketika melihat hal-hal yang diluar batas (menurut saya) begitu biasa disini. Mungkin karena turis-turis ini datang membawa budaya mereka kesini dan ikut mempengaruhi kebiasaan orang-orang disini. Malam itu dibawah langit bali, saya menyaksikan ribuan kembang api menghiasi langit. Semoga di tahun depan bisa menyaksikan malam tahun seperti ini tapi dibawah langit kota London. Amin.

Night life

01 Januari 2016 (Sun

Matahari pagi pertama di tahun 2016 begitu menyengat hari itu. Rencananya hari ini akan langsung pulang ke Bandung lagi. Sebelum pulang, kami menyempatkan diri singgah ke Pasar Seni Sukowati, yang terletak di Kabupaten Gianyar. Para pedagang di pasar ini sungguh unik dari cara mereka berjualan yang menurut saya agak agresif. Mereka menawarkan dagangannya tanpa segan memegang dan menarik calon pembeli. Suara mereka lantang dan rayuan mereka manis sekali. Di pasar ini banyak tersedia makanan, kerajinan tradisonal dan lukisan-lukisan. Harganya juga murah-murah. Kalau berkunjung ke Bali, jangan sampai lupa belanja oleh-oleh disini. 

Pasar Sukowati, Gianyar.

Selesai berbelanja di Pasar Sukowati, kami memulai perjalanan pulang. Sayangnya di hari Jum’at itu, kami tidak sempat Ibadah Jum’at karena kesulitan menemukan masjid, kami akhirnya hanya bisa melaksanakan Dhuhur di salah satu masjid sebelum sampai Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk. Tidak seperti di pelabuhan ketapang yang sepi beberapa hari yang lalu, pelabuhan Gilimanuk tampak ramai dengan antrian kendaraan yang akan masuk ke beberapa kapal Ferry yang sudah bersandar. Hujan gerimis yang turun seolah memancarkan kesedihan sore itu. Perasaan saat akan masuk ke dalam Ferry saat itu mungkin sama seperti yang dirasakan para traveller lain: masih ingin berada lama di tempat itu, tetapi sudah cukup rindu untuk kembali. Dan diatas kapal ini, saya menyaksikan proses transisi dari sore ke malam (baca:senja) yang indah sekali. Senja pertama di 2016. Matahari yang berbentuk bulat sempurna, perlahan pergi dan tenggelam di balik gunung Raung yang berdiri gagah. Warna langit sore itu begitu mengesankan.  Subhanallah!
Gerimis di Gilimanuk

Senja pertama 2016

Perjalanan kali ini cukup membuat hati ini semakin mantap untuk mengelilingi Indonesia dan dunia lebih jauh lagi. Bahwa untuk mengenal sesuatu butuh kedekatan dengan melihatnya dan merasakan secara langsung. Happy travel!

#TRAVELYOUNG

Komentar

  1. perjalanannya asik, kak. aku belum pernah ke Bali lewat jalur darat dan sepertinya worth it sekali untuk di coba karena semua keseruan-keseruannya. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer