(Paha)wang


Sudah lama sebenarnya ingin mengunjungi salah satu pulau cantik di Indonesia ini. Tertarik setelah melihat foto-foto teman yang berpose dipasir putih, dikelilingi lautan jernih dengan gugusan-gugusan pulau yang mengelilinginya. Dan alhamdulillah, in earlier this month, I and my friends got a chance to visit it. Dan ini dia, pulau pahawang, sebuah pulau yang mungkin sudah cukup banyak dikenal karena kepopulerannya di sosial media, salah satu spot snorkeling yang indah yang menawarkan pemandangan alam bawah laut yang tidak biasa. Menjelang ramadhan tahun ini, kami cukup beruntung berkesempatan bermain kesana, disela kepenatan mengerjakan tugas akhir skripshit. A very sweat escape from the routine.

To be honest, this is my first time to step my foot in Sumatra Island. Ya walaupun baru bisa sampai di kota Bandar Lampung –provinsi paling barat sumatra –setidaknya membawa kegembiraan tersendiri, sebuah langkah awal untuk menjelajahi pulau Sumatra ini lebih jauh nantinya. Masih ada Jambi, Bengkulu, Padang, Riau, Medan, Aceh dan kota-kota lainnya yang perlu dikunjungi, haha. Nah perjalanan kami kali ini bisa dibilang singkat, berawal dari info open trip ke pahawang dengan budget terjangkau, kami mencoba daftar tanpa pikir panjang lagi. Memang, ada plus minusnya kalau memilih ikut open trip dibanding backpacker atau liburan sendiri. Salah satu plus dari ikutan open trip adalah, kita tidak perlu lagi repot menyiapkan ini-itu, tinggal bawa diri dan kamera, itu sudah cukup tanpa banyak resiko. Walaupun perjalanan dan pengalaman backpackeran tentu akan berbeda rasanya.

Perjalanan kami dimulai dari depan kampus di Jatinangor, menunggu damri yang akan mengantarkan kami menuju terminal Leuwi Panjang. Dari Leuwi Panjang, kami menumpang bus Arimbi menuju pelabuhan Merak, Banten. Perjalanan ke Merak memakan waktu kurang lebih enam jam. Sampai di Pelabuhan Merak, kami bertemu dengan teman-teman lain yang juga ikut dalam trip ini. Kami kemudian naik ke kapal feri untuk menyeberang menuju pelabuhan Bakauheni di Lampung. Kapal feri yang ini agak sedikit berbeda dengan kapal feri yang pernah saya tumpangi dari Banyuwangi menuju Bali. Yang satu ini lebih bersih, terawat, nyaman dan pelayanan karyawannya sangat baik. Didalam kapal disediakan musholla ber-AC, free charger, dan tempat istirahat yang luas. Kurang lebih 120 menit, tepat tanggal 4 Juni 2016 kami tiba di pelabuhan bakauheni, Lampung. Saat itu kami disambut dengan suara adzan subuh yang menggema dari masjid pelabuhan. Setelah selesai shalat, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju dermaga ketapang, di Kabupaten Pesawaran.

Tidak banyak yang bisa dilihat dari dalam mobil, selain karena posisi duduk yang tidak strategis, saat itu lampung dan sekitarnya masih gelap. Hanya sesekali saja melihat pemandangan gunung-gunung, dan matahari yang mulai menampakkan diri. Sisanya lebih banyak dihabiskan dengan tidur, dan bangun-bangun sudah sampai di dermaga ketapang. Perjalanan dari Bakauheni menuju Ketapang ini seingat saya memakan waktu kurang lebih lima jam. Pelabuhan ketapang ini berada di Desa Batu Menyan dan merupakan starting point menuju pulau-pulau yang ada di Pahawang. Banyak perahu-perahu yang bersandar di dermaga-dermaga yang ada disini. Dari sini kami mengisi perut, dan bersiap-siap untuk berkeliling ke pulau-pulau yang ada. Sekitar pukul 11 siang, kami menyeberang menggunakan perahu kecil dan pulau pertama yang disinggahi adalah Pulau Kelagian Kecil. Pulau ini berpasir putih dengan air yang sangat tenang, ombaknya kecil sekali. Saya sendiri sulit membedakan apakah ini pantai atau danau. Benar-benar nyaman dan tenang.

Kelagian Island

Dari pulau kelagian kecil, kami kemudian bergeser sedikit ke bagian snorkeling pertama disekitar sini. Terik matahari yang menyengat tidak menjadi halangan. Dengan perlengkapan snorkeling yang lengkap, kami kemudian menikmati pemandangan bawah laut disalah satu pulau di pahawang. Air yang tenang, dan jernih menjadi poin plus tersendiri bagi pulau ini. Ikan yang ada juga masih beragam dan bervariasi. Di kesempatan snorkeling pertama di pulau ini terkadang saya sendiri masih suka meminum air laut tanpa sengaja, saking excited nya. Tapi di beberapa kesempatan selanjutnya, sudah lebih mahir dan bisa beradaptasi. Setelah 2 jam-an berendam, kami kemudian makan siang di pulau kelagian kecil ini, dengan menu ikan bakar tentunya. Disini juga banyak berdiri warung-warung kecil yang menjajakan gorengan dan makanan-minuman. Jangan takut kelaparan disini.
Di dekat Cupu Bedil

Selanjutnya, kami menuju ke Pulau Pahawang Besar, tempat homestay kami berada. Pertama kali menginjakkan kaki di pulau ini, saya dibuat kagum dengan impresi pertama kali saat di dermaga. Deburan ombak yang santai, pohon kelapa yang tinggi dan suasana yang sunyi, benar-benar serasa di pulau pribadi. Warga yang tinggal disini juga tidak terlalu banyak, dan ada satu masjid yang berdiri disini. Di sore hari yang tenang, kami duduk di pinggir pantai didekat dermaga, sambil menyeruput kopi panas, menyandarkan diri dan mengagumi suasana sore itu. Beberapa kali saya berdecak kagum dalam hati, sedikit tidak percaya akan suasana senyaman ini. Ah, semoga saja suatu saat bisa menikmatinya lagi.  Dan hari pertama ini ditutup dengan makan malam dan tidur ditemani suara ombak.

Dermaga Pahawang Besar
Hari kedua. Pagi-pagi sudah dikejutkan dengan air laut yang pasang sampai di homestay kami. Pagi itu sekitar pesisir pantai pulau pahawang besar tertutup air laut dengan ombak yang cukup tinggi dibanding kemarin. Walaupu agak pasang, agenda bermain hari ini tetap dilanjutkan. Ada beberapa tempat yang kami kunjungi hari ini. Pulau Maitam, pulau Pahawang Kecil, Taman Nemo, Cupu Bedil, dan Candi. Masing-masing tempat ini menawarkan pemandangan yang berbeda-beda. Taman Nemo sesuai namanya, banyak nemo-nemo lucu yang bersembunyi di balik karang, di kawasan Candi, ada batu (atau karang?) buatan yang berbentuk candi. Pulau Pahawang Kecil juga tidak kalah kerennya, dengan pesisir pantai yang panjang dan memotong laut dan terlihat indah sekali. Apalagi ketika air sedang surut, bertambah eksotis-lah dia. Pasir putih, pepohonan bakau dan air yang tenang, beberapa orang terlihat mengambil gambar dari berbagai sudut pulau. Most of visitors, I think are the foreigners. Banyakan bulenya.

Hampir setiap spot snorkeling di hari kedua ini kami datangi. Perahu kami menurunkan jangkarnya di berbagai tempat. Mula dari pagi sampai siang non-stop berenang di pantai Pahawang dan bejumpa dengan berbagai jenis ikan. Kadang ombaknya bersahabat, kadang tidak. Tapi kebanyakan tenang dan kita tidak perlu takut terbawa ombak. Dan tidak terasa kulit mulai berubah warna menjadi lebih gelap, semakin lama semakin gelap.  Siang itu, kami kembali ke homestay dengan perasaan puas sekali. Setelah beristirahat, makan dan packing barang kembali, kami kemudian kembali ke dermaga ketapang dengan perahu yang sama. Meninggalkan pulau pahawang dengan kenangan yang sepertinya sulit dilupakan. Suatu hari nanti, semoga berjumpa kembali.

Pose Kader Partai 
Dan hari itu, matahari terbenam dengan indahnya dari langit lampung. Menandakan bulan berkah dan penuh rahmat telah datang. Bulan suci Ramadhan. Di malam pertama puasa, kami mendirikan shalat tarawih perdana diatas kapal feri di Pelabuhan Bakauheni.  Langit malam itu penuh bintang, mungkin semesta juga gembira dengan datangnya bulan ini. Perjalanan kami ini ditutup dengan indah, dan membawa harapan baru dalam hati. Perjalanan yang mungkin terakhir kali sebelum melepas status mahasiswa :’). Ah sedih sekali.

Ya Sudahlah.

Marhaban ya Ramadhan.


Komentar

Postingan Populer