Menggalang Dana dengan Crowdfunding


Apa yang sering menjadi kendala dalam penyelenggaraan sebuah acara/project? Kebanyakan orang akan menjawab dengan santainya: Keterbatasan Dana. Konsep acara sudah sangat matang, timeline sudah dicetak, panitia siap tempur, namun tanpa dukungan dana yang memadai, acara yang sudah direncanakan dengan sangat matang hanya akan berakhir menjadi mimpi belaka. Sangat disayangkan apalagi jika gagasan dari acara/project tersebut berbeda dari yang lain dan berpotensi ber-impact positif bagi masyarakat sekitar, tentu akan sangat keren jika bisa terealisasi.

Crowdfunding, yang belakangan ini popular adalah salah satu solusi dari masalah diatas. Kalau disederhanakan, crowdfunding bisa dibilang patungan, udunan atau –dalam bahasa Makassar –pete-pete. Ya kurang lebih seperti itulah konsepnya. Kerennya: Pendanaan publik. Cek di Wikipedia untuk definisi lebih lengkapnya. Istilah crowdfunding pertama kali saya dengar dari salah satu pendiri platform CF di Indonesia, bang Alfatih Timur dalam sesi capacity building di Rumah perubahan awal tahun 2014 lalu. Bang Timi dkk menginisiasi sebuah platform CF untuk pertamakalinya di Indonesia: kitabisa. Disini kita bisa melihat proyek atau gerakan apa yang sedang menggalang dana. Tentunya tidak sembarang proyek yang bisa ditampilkan di website kitabisa. Project yang didaftarkan akan di seleksi terlebih dahulu, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Dari perspektif kitabisa, mereka percaya bahwa banyak orang-orang baik di Indonesia yang ingin berkontribusi tapi terkendala himpitan waktu dan mereka tersebar dimana-mana Sementara banyak pula mereka yang memiliki ide/gagasan tertentu tapi terkendala akses dana. kitabisa.co.id pun hadir dengan menyediakan platform bagi keduanya. Crowdfunding kini menjadi alternatif solusi untuk kegiatan funding suatu project, selain dari sponsor atau CSR Perusahaan tentunya.Sudah banyak contoh-contoh proyek yang berhasil karena bantuan Crowdfunding, seperti Sekolah Master, Buku Untuk Papua, dll.


Diluar negeri, Crowdfunding sudah berkembang lebih dulu, lewat situs-situs seperti Indiegogo, Kickstarter, Start Some Good, etc. Tiap platform memiliki ciri masing-masing seperti kitabisa yang cenderung kepada gerakan atau proyek-proyek sosial, kickstarter untuk proyek kreatif, dan lain sebagainya.

Nilai ‘gotong royong’ dalam crowdfunding sejalan dengan nilai yang dianut oleh koperasi. Gotong royong sebenarnya sudah tertanam pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Contohnya, nilai budaya adat Baralek Datuak Minang Kabau di tanah minang, ketika acara adat yang dikhususkan untuk suatu keluarga tertentu, maka keluarga-keluarga lain didaerah itu akan ikut berkontribusi –secara sukarela tentunya, untuk menyukseskan acara tersebut. Contoh lain –di kota Palu misalnya yang saya rasakan sendiri, ketika acara resepsi pernikahan kakak perempuan saya baru-baru ini, ketika acara akan dilaksanakan, tetangga-tetangga lain ikut membantu berkontribusi baik itu tenaga, menyediakan bahan dan peralatan pesta, dekorasi bahkan uang tunai. Luar biasa bukan?

Dengan adanya crowdfunding, tidak ada lagi alasan untuk tidak merealisasikan sebuah proyek. Proyek apapun itu, jika diketahui oleh orang yang memiliki visi atau gagasan yang sama, mereka akan ikut berkontribusi.  Asal kampanye yang kita buat menarik, dan ada sedikit hadiah, siapa-saja akan ikut tergerak untuk membantu. Selamat menggalang dana! :)

          


Komentar

  1. untunglah ada situs2 crowdfungding, banyak orang yg membutuhkan dana khususnya yg kekurangan bisa tertolong dan ditemukan dengan para donatur

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer