Almamater Kuning di Jatinangor


Menjadi minoritas memang tidak mudah. Berada di kawasan pendidikan yang dipenuhi banyak mahasiswa dari beberapa kampus ternama, kadang rasa minder itu datang. Pertanyaan seperti, “Ikopin itu dimana ya?”, “Itu kampus atau apa?” menjadi pertanyaan andalan orang-orang yang pertama kali mendengar nama kampus ini. Kadang pertanyaan itu dijawab dengan antusias, atau mungkin menjawabnya hanya dengan melempar senyum. Sebuah realita dibalik pertanyaan tadi: Kampus ini memang belum begitu popular dibandingkan nama-nama kampus besar disekitarnya. Kita memang tidak bisa membandingkan apple to apple dengan kampus tetangga yang lebih dulu berdiri, populer dan berprestasi. Yang penting, kita harus menghargai proses perjuangan yang sudah dilalui kampus ini yang terus berkembang sampai sekarang.

Tapi menariknya, dibalik ketidak-populeran nya itu, sebenarnya kampus ini menyimpan potensi yang sangat besar. Sebagai satu-satunya ‘universitas koperasi’ di Asia Tenggara, IKOPIN memiliki nilai-nilai koperasi yang tidak dimiliki oleh kampus lain di Indonesia. Nilai kekeluargaan, gotong royong dan hospitality masih terasa kental di kampus yang dijuluki ‘kampus seribu tangga’ ini. Mahasiswa nya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia –dari aceh sampai papua–menjadikan kampus ini bagaikan miniaturnya Indonesia, suasananya yang hangat dengan kulturisme dan budaya yang berbeda-beda. 

Mungkin bagi sebagian orang yang berkunjung pertamakali ke jatinangor akan heran dan bertanya siapa anak muda, yang menggunakan jas-almamater dengan warna kuning menyala, berjalan dengan semangatnya di sekitar Jatinangor. Mereka bukan mahasiswa nyasar dari kampus di depok yang terkenal itu, bukan pula mahasiswa negeri dari semarang, mereka adalah Mahasiswa IKOPIN, kampus koperasi yang mungkin belum dikenal luas. Mereka adalah calon2 kader koperasi di masa depan, calon entrepreneur dan ekonom kelas dunia. Mereka adalah para pioneer, innovator ekonomi kerakyatan, sekaligus harapan terakhir yang akan menyelamatkan perekonomian Indonesia dari derasnya gempuran kapitalisme dimasa depan. Kalimat terakhir tadi mungkin terkesan hyperbola, tapi memang kenyataannya seperti itu: bahwa koperasi memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Koperasi mati = perekonomian mati. Siapa lagi yang akan peduli dengan koperasi yang akan memberdayakan ekonomi kerakyatan, kalau bukan mereka yang ditempa bertahun-tahun di kampus ini?   

Hari ini, 7 mei 2014 bertepatan dengan ulang tahun Ikopin yang ke 32. Mereka –mahasiswa ber-almet kuning di Jatinangor –sedang merayakan Dies Natalis kampusnya. Rangkaian acara untuk memeriahkan peringatan dies natalis ini sedang berjalan dan sedang menunggu acara puncaknya. Ibarat manusia, usia 32 tahun bukan lagi usia yang bisa dikatakan muda. Sudah 2 tahun saya disini, melihat bagaimana kampus ini terus berbenah, berkembang dari tahun ke tahun. Organisasi mahasiswa nya yang semakin kuat, UKM yang semakin kompak dan Koperasi Mahasiswa nya yang terus berproses dan berkembang setiap hari ke arah yang lebih baik :)


Seperti yang sudah pernah saya tulis, bahwa banyak mahasiswa jadi besar karena nama besar kampusnya, tapi beda ceritanya kalau nama kampusnya besar karena peran  mahasiswa-mahasiswa hebat didalamnya. We are bigger than we think we are. Kita lebih besar dari yang kita pikirkan. Untuk jiwa-jiwa yang menderita xenophobic dan minder akut diluar sana! Semua orang memiliki perannya masing-masing. Sekali lagi,  We are bigger than we think we are!

#DiesNatalis32IKOPIN


Komentar

Postingan Populer